Tag Archive | hogtie

Wisuda

Ini adalah cerita lanjutan tentang Domina dan Sumi. Di cerita sebelumnya, Sumi ditoto dengan berpakaian kain kebaya dan terikat tangan serta kakinya.

Sesudah pemotretan itu, hubungan antara sang kakak dan adik tetap berjalan lancar. Karena memang Domina dan teman-temannya menepati janji mereka, bahwa mereka tidak akan menyakiti Sumi dan hanya mengikat kaki serta tangannya untuk diambil foto-fotonya. Selain itu Domina juga membelikan Sumi imbalan barang-barang seperti yang dijanjikannya. Di lain pihak, Sumi juga tidak bercerita mengenai kejadian itu kepada mamanya.

Hari-hari berlalu, Domina telah lulus kuliah dan segera akan diwisuda. Sebagaimana umumnya acara wisuda di Indonesia, para wisudawati selalu mengenakan busana nasional kain kebaya sebelum mengenakan toga. Domina yang sebelumnya belum pernah mengenakan kain kebaya pun jadi gelisah dibuatnya. Ia segera mencari busana kain kebaya yang sudah dimodifikasi dan bentuk bawahannya tidak meruncing ke bawah melainkan melebar seperti rok. Dengan demikian pikirnya ia tidak kesulitan waktu melangkah.

Tapi celakanya sang ibu punya koleksi kain batik  dan kebaya yang cukup banyak. Serta tidak ada satupun dari kain batiknya yang sudah dijahit menjadi semacam rok atau sarimbit. Sang ibu memang seorang wanita yang mencintai kain kebaya. Berbeda dengan kedua gadisnya yang sama sekali tidak menyukai kain kebaya. Mengetahui anaknya sedang mencari kain kebaya modern, maka si ibu melarang anaknya dengan keras. Dengan kata lain Domina harus memakai kain batik dan kebaya ibunya yang masih asli tradisional. Apalagi si ibu tidak menyukai pakaian kain kebaya yang dimodifikasi dengan bawahan lebih menyerupai rok. Karena menurut pemikirannya,  pakaian kebaya dengan bawahan yang longgar  mirip rok sudah tidak mirip lagi dengan busana nasional Indonesia dan menjadi tanggung serta lebih baik memakai rok sekalian.

Dilarang keras oleh ibunya untuk membeli kain kebaya modern, Domina pun menjadi kecut hatinya Dalam hatinya  mulai kepikiran kalau ia akan mengalami kesulitan seperti yang dialami adiknya waktu memakai kain kebaya pada waktu resepsi dulu. Karena ia melihat sendiri pada waktu ibunya memakaikan kain wiron, stagen dan korset kepada adiknya. Ibunya memakaikannya dengan sangat ketat tanpa menghiraukan adiknya yang meminta dan merengek kepada ibunya untuk mengendorkan sedikit kekencangan baik pada waktu memakaikan kain wiron, stagen maupun korset.

Maka setelah selesai inilah akibatnya. Mulai dari kegerahan, perut yang dihimpit dengan sesaknya oleh stagen sampai kaki yang harus melangkah sambil terhuyung-huyung dan kesrimpet-srimpet. Ia pun tidak akan bisa santai pada waktu acara wisuda nanti.  Dalam hatinya masih mendingan adiknya dulu waktu berkain kebaya , karena  masih ada kakaknya yang memegangi atau bisa dibuat pegangan waktu berjalan.

Adiknya yang ikut mendengar pada waktu ibunya mewejangi Domina,  tersenyum-senyum penuh arti seolah-olah mengejek kakaknya. Domina pun jadi mangkel dan kegi melihat pandangan adiknya terhadap dirinya. Tapi ia tidak berkutik dan tidak bisa membantah keputusan ibunya.

Singkat cerita, hari wisuda pun tiba. Domina bangun pagi-pagi dan siap didandani oleh ibunya. Si adik juga ikut bangun pagi, karena juga ikut datang ke wisuda kakaknya. Acara penyiksaan pertama bagi Domina pun dimulai, rambut disasak dan disanggul. Sesudah itu datang penyiksaan yang lebih berat lagi, memakai kain wiron. Adiknya yang berada didekatnya seolah-olah mengejek Domina. Sumi tiba-tiba berkata kepada ibunya, “Mam,  kainnya yang nyempit ke bawah. Biar nggak kayak sarung”. Entah ucapan itu memang disengaja untuk mengejek si kakak atau ucapan yang jujur, tapi bagi Domina kata-kata itu seperti mengejek dirinya dan seperti balas dendam adik kepada dirinya. Apalagi pada saat itu si adik memakai pakaian santai kaos dan jeans. Sesudah kain wiron selesai dipakai, maka ibunya mengikatkan seutas tali ke pinggang Domina untuk menahan kainnya. Lagi-lagi adiknya menyela, “mam, ngikat talinya yang kencang. Biar kainnya tidak melorot”.  Panas lah hati Domina mendengar omongan adiknya yang seperti membumbui. Setelah itu ibunya mulai memakaikan stagen di perut dan pinggang Domina.  Sekali lagi adiknya menyela, “Mam, narik stagennya yang kencang. Biar pinggang kakak kelihatan ramping”. Makin panas lah hati Domina mendengar omongan adiknya. Setelah memakai korset, dan  kebaya,  sempurnalah sudah dirinya menjadi tawanan dari pakaian kain kebaya yang dipakaikan ibunya.

Setelah selesai berdandan dan berpakaian, ibunya memandangi Domina dengan cermat dari atas sampai ke bawah kuatir kalau ada yang masih kurang rapi atau tidak beres. Setelah itu ibunya meninggalkan kedua anaknya di dalam kamar. Sumi jadi iseng dan menggoda kakaknya. Katanya, “Bu, kalau jalan pelan-pelan. Ntar kesrimpet jatuh”. Maka si kakak pun marah dan mengambil bantal serta beranjak dari kursinya untuk melempar adiknya dengan bantal. Tapi si adik sudah buruan lari  keluar kamar sambil berkata, “kalau bisa, coba kejar “. Domina yang mau mengejar adiknya, begitu melangkah jadi sadar kalau ia memakai kain wiron yang sangat sempit di bagian bawahnya. Akhirnya ia membatalkan niatnya dan kembali duduk setelah sempat terhuyung dan hampir jatuh. Tapi tak lama kemudian adiknya masuk ke kamar dan mendekati serta merajuk kakaknya lagi untuk berbaikan.

Ketika tiba saatnya, acara wisuda pun berlangsung dengan lancar dan aman. Bagi para wisudawan dan wisudawati mungkin acara wisuda berlangsung terlalu cepat. Tapi tidak demikian halnya dengan Domina, waktu seakan berjalan begitu lambat. Dirinya merasa tersiksa dari ujung kepala sampai ujung kaki. Kepalanya terbebani oleh beratnya sanggul, badannya dihimpit oleh stagen dan korset, kakinya dibebat oleh sempitnya kain wiron dan masih harus memakai sandal jinjit. Belum lagi cuaca yang gerah membuat  sapu tangan wanita Domina yang kecil  jadi basah. Beruntung  tadi pagi ibunya memasukkan beberapa helai sapu tangan ke dalam dompetnya. Selamatlah Domina, sampai di akhir acara ia tidak sampai kesrimpet kain wironnya.

Sehabis wisuda, Domina bermaksud langsung pulang ke rumah. Karena ingin segera berganti pakaian. Tetapi belum sampai terlaksana maksudnya, teman-teman karibnya muncul dan memaksa ia bermain ke rumah salah seorang teman. Terpaksa, Domina menuruti kemauan teman-teman karibnya. Dalam hatinya ia sama sekali tidak mengira akan ada suatu rencana konspirasi yang telah direncanakan oleh teman-teman karibnya.

Sampailah mereka di rumah salah seorang teman mereka. Sumi juga ikut bersama Domina. Tapi setelah basa-basi dan minum-minum sebentar, tiba-tiba seorang teman Domina berkata, “Ayo, Domina. Sekarang giliran kamu jadi foto model”, Dan degan sigap seorang teman Domina mengikat tangan Domina dengan tali ke belakang, sementara seorang yang lain mengikat kaki Domina. Domina pun marah, “Apa-apaan ini ? Dik, kamu yang merencanakan semua ini ya ? Kamu mau balas dendam ya ?”.  Sumi menjawab, “Tidak, kak. Ini rencana mereka sendiri”, Domina pun berontak. Tapi begitu melihat Domina berontak, teman-teman yang lain pun ikut ramai-ramai memegangi seluruh tubuh Domina. Karena Domina terus menerus berkata-kata dan menolak serta berontak, maka salah seorang teman Domina menutup mulutnya dengan lakban dan mengikatnya dalam posisi hogtied supaya ia tidak banyak bisa berontak melainkan hanya bisa berguling ke kiri atau ke kanan. Tangan Domina diikat dibelakang punggung dan kakinya diikat dalam keadaan terlipat mendekati pantat. Kemudian ikatan tangan dan kaki saling dihubungkan dengan tali yang pendek sampai kaki dan tangannya hampir saling bersentuhan.

Sumi yang melihat kejadian itu dengan mata kepala sendiri jadi bingung, pucat pasi dan tegang serta seperti mau menangis. Salah seorang teman Domina mendekati Sumi dan menenangkannya. Sementara teman yang lainnya berkata, “Ayo, dong Domina. Yang rileks dan pasrah saja. Jangan berontak. Kamu kan tahu kalau kami teman-temanmu sendiri. Kamu kan juga tahu kalau kami tidak bakal macem-macemin kamu. Seperti yang sudah kami perbuat kepada adikmu. Kami hanya mau mengambil fotomu dalam keadaan terikat. Masak kamu kalah sama adikku sendiri. Malu dong”. Rupanya perkataan ini bisa sedikit menenangkan Domina. Memang Domina juga sama sekali belum pernah menjadi model submissive. Kemudian temannya masih menambahi, “Tolong ijinkanlah kami menjadikan kamu model submissive sekali ini saja. Mumpung kamu pakai kain kebaya. Pakaian yang kata kamu sendiri paling cocok untuk karakter submissive. Soalnya baru 2 kali ini kami dapat model submissive yang memakai kain kebaya. Kapan lagi ?”. Domina pun semakin tenang. Tapi teman-temannya masih terus membesarkan hatinya, “Nah, begitu dong.  Kayak adikmu dulu. Masak kamu yang nasihati adikmu sendiri supaya tenang dan rileks sekarang tidak bisa menjalani sendiri. Nikmati saja pengalaman baru ini”.

Entah apa yang ada dalam pikiran Domina, tapi karena ia melihat sendiri kalau adiknya jadi ketakutan dan hampir menangis, maka ia jadi kasihan pada adiknya. Karena mulutnya masih di lakban, maka Domina memberi kode pada adiknya dengan mengangguk-angguk supaya adiknya mendekatinya. Adiknya yang tahu apa yang dimaksud Domina segera mendekat dan membuka dompet kakaknya serta mengambil sapu tangan untuk mengelap mukanya. Sumi berkata dengan lembut, “Kak, jangan berontak ya. Biar saja mereka mengambil foto kakak. Kakak juga jangan teriak-teriak, biar Sumi minta mereka membuka lakban di mulut kakak.”. Si kakak hanya bisa mengangguk-angguk. Air matanya menetes setitik dua titik, demikian juga dengan si adik. Setelah itu salah seorang teman Domina setuju untuk membuka lakban di mulut Domina. Tapi karena lipstik dan rias muka Domina jadi luntur dan belepotan, maka mereka merias ulang wajah dan menata ulang rambut Domina dalam keadaan telungkup dan dihogtied. Setelah selesai, mereka bersiap-siap untuk mengambil gambar Domina. Akhirnya si adik memberi kecupan pada kakaknya sambil berkata, “Bergaya yang manis ya kak, kayak Sumi dulu. Sekali-kali ngrasain jadi submissive. Nikmati pengalaman baru kayak omongan  kakak sendiri”.

Dan “Lights, camera, action” seorang teman Domina memberi aba-aba kalau sesi pengambilan foto sudah dimulai. Si adik sekarang yang jadi repot untuk mengatur posisi si kakak yang masih ngambek dan tentu saja tidak bisa bergaya karena di hogtied.

Setelah berulang kali pengambilan foto, derita Domina rupanya masih belum berakhir. Teman-temannya menghendaki ia di foto dalam keadaan sudah tidak dihogtied, tapi masih dalam keadaan terikat tangan dan kakinya. Maka meraka membuka tali penghubung antara ikatan tangan dan kaki Domina. Domina yang mengira kalau sesi foto sudah selesai jadi kecewa. Karena masih ada sesi foto yang kedua dimana ia akan diambil fotonya dalam keadaan terikat tangan dan kakinya tapi tidak dihogtied.  Tapi karena kain jarik yang dipakainya jadi lungset dan tidak rapi serta wironnya agak berantakan, demikian juga dengan kebayanya jadi tidak rapi.  Maka memerlukan waktu yang agak lama untuk Sumi membetulkan dan merapikan kebaya dan kain jarik serta wironnya.

Sesudah itu sekali lagi terdengar aba-aba, “lights, camera, action !”. Domina pun pasrah mematuhi perintah mereka untuk berdiri, duduk,, menggeletak di lantai dan sebagainya. Sumi sekali lagi membantu kakaknya untuk berpose. Mereka bahkan meminta Sumi untuk memakaikan toga dan topi wisuda kepada Domina. Domina pun berpikir dalam hatinya mungkin inilah yang namanya pemotretan  wisuda dalam bentuk yang lain. Atau ini yang namanya diwisuda menjadi submissive. Seorang temannya menyeletuk, “Ini namanya di wisuda jadi submissive”. Domina pun tersenyum kecut mendengarnya. Ya nasib. Tidak pernah jadi submissive, sekali jadi submissive dikerjai habis-habisan. Atau apakah ini yang namanya hukum karma. Habis ngerjain adiknya sekarang ganti dirinya sendiri  yang dikerjai teman-temannya. Tapi pikirnya masih mendingan adiknya dulu waktu jadi submissive, soalnya cuma diikat tangan dan kakinya. Tidak sampai di lakban mulutnya dan dihogtied.

Setelah selesai, akhirnya mereka berdua pulang kembali ke rumah. Di dalam perjalanan Sumi sempat bertanya begini pada kakaknya, “Gimana kak rasanya jadi model submissive ?  Sumi dulu takut sekali. Kakak takut nggak ?”. Domina tidak menjawab, ia hanya diam dan matanya memandang kosong ke depan. Dari tadi ia membisu, mulutnya ditutupnya dengan saputangannya hingga saputangannya membekas lipstick. Tapi adiknya merajuk dan menyenderkan kepalanya ke bahunya, hingga akhirnya melorot sampai ke pangkuannya. Domina pun jadi mengelus-elus rambut dan kepala adiknya. Hingga akhirnya keduanya saling berpelukan.

Dominahog

Ketawa sampai mati ala BDSM ( Die laughing ala BDSM )

Digelitik adalah merupakan suatu kenikmatan bagi mereka yang tidak tahan geli. Tapi bagi mereka yang tahan geli, tentu saja ini tidak ada artinya sama sekali.

Bagi mereka yang tidak tahan geli, digelitik dapat merangsang syaraf mereka hingga akhirnya sampai ke pusat syaraf dan membuat mereka tertawa.  Sedangkan tertawa seperti yang kita ketahui adalah salah satu obat mujarab bagi stress. Tapi walaupun demikian, mereka yang tidak tahan geli pada umumnya menolak jika digelitik.

Menolak, menghindar bahkan mungkin sampai meronta-ronta melepaskan diri dari yang menggelitik. Jika pada keadaan umum dimana mereka yang tidak tahan geli digelitik dalam keadaan bebas, maka mereka dengan mudah dapat melepaskan diri. Tapi bagaimana jika mereka yang tidak tahan geli digelitik dalam keadaan terikat dan tidak bisa melarikan diri ? Itulah yang terjadi di video-video diatas.

Kalau pada permainan BDSM umumnya si submissive diikat dan berusaha melepaskan diri dari ikatan atau mungkin juga hanya pasrah diam tapi senang. Maka bagaimana jika si submissive yang tidak tahan geli diikat kemudian digelitik ? Bagi si submissive yang pada mulanya meronta-ronta dan berusaha melepaskan diri dari ikatan, maka usahanya untuk melepaskan diri dari ikatan akan terhenti dan berganti dengan kegelian dan tertawa-tawa. Sedangkan bagi si submissive yang pada mulanya hanya pasrah diam tapi senang, maka kegelian ini bisa jadi menambah kenikmatan pada waktu diikat.

English

Tickled is a delight for those who can not stand ticklish. But for those who can hold ticklish, of course this has no meaning at all.

For those who can not stand ticklish, tickled can stimulate their nerve to finally get to the central nervous and make them laugh. While laughing as we all know is one panacea for stress. But even so, those who can not stand ticklish generally refuse to be tickled.

Refused, perhaps even  avoid,  thrashing to escape from the tickling. If in the general circumstances in which those who can not stand being tickled in a free state, then they can easily escape. But what if they who are not resistant amused tickled in a bound state and can not escape? That’s what happens in the videos above.

If in  BDSM  game  generally the submissive tied up and tried to break away from the bonds or might as well just surrender keep silent but happy. So what if the submissive who can not stand the ticklish tied then tickled ? For the submissive who initially struggled and tried to break away from the bonds, then the attempt to break away from the bonds will be stopped and replaced with tickled and laughing. As for the submissive who just resigned initially silent but happy, then this  tickled could be add pleasure when tied.

Chain reaction

One thing that I don’t understand when I watch a video of BDSM.  When the submissive  didn’t being tied up yet,  the submissive was very sweet and romantic with the dominant. Sometimes the submissive himself  / herself  asked to be tied up by the dominant. But after being tied up, some different reactions might appear.

The reaction varies from spoiled and teased reaction until angry and wild reaction.  Like this :

  1. The submissive smiled and seduced us who watched the video and even to pose so sexy on bed while being hogtied as if trying to invite us to accompany her on bed.
  2. The  submissive shows the expression of being happy although they tried to release themselves  from the bound.
  3. The submissive shows the expression of helpless, dislike and trying to release themselves  from the bound.
  4. The submissive is angry and trying hard to release themselves  from the bound.

In spite of all, isn’t the beginning of this game coming from the same origin ? But how the reaction that appear can be varied ? Like the law of supply and demand in Economy.  The demand was fulfilled if there’s supply that’s enough to meet the demand. Otherwise the supplies also can be well channeled and not wasted in vain if there’s enough demands.

The demand in this case could  be the desire to be tied  up or the desire to tie someone. And the supply in this case could be the supply to be a person that tied up or a person who could tie someone that need to be tied up. So the demand to be tied up meet the supply to tie someone. Or the demand to tie someone meet the supply in someone who needs to be tied up.

Theoretically, the submissive who bears the burden to be tied up and suffer from the action that the dominant does must not complain or even angry, because the demand was fulfilled. But the fact, like in economy the customer can complain, because of the quality of the supply.  Likewise  in the videos that I watched. Whether it’s real or they just act as if. They complain and even angry. There’s some reasons why the submissive complain and even angry :

  1. The submissive is just beginner who even never do this before.
  2. The submissive gets excessive treatment from the dominant.
  3. The submissive just act like an actor / actress in movie.

That’s the similarity between bondage game and economy. Both have demand and supply. And the reaction of one side can be varied depend on the response of the other side.

I myself have  my favorite scenes of BDSM videos. That is  :

  1. The submissive  thrashing and whining meanwhile trying to escape from bondage.
  2. The submissive  moaning pleasure and tease and surrender not try to escape.
  3. The submissive tickled by the dominant.

Bahasa Indonesia

Satu hal yang saya tidak mengerti ketika saya menonton video BDSM. Ketika si submissive belum diikat,  si submissive  sangat manis dan romantis dengan si dominan. Kadang-kadang si submissive sendiri yang  minta untuk diikat oleh si dominan. Tapi setelah diikat, beberapa reaksi yang berbeda bisa muncul.

Reaksi bervariasi dari manja dan menggoda sampai reaksi marah dan liar. Seperti ini:

  1. Si submissive  tersenyum dan menggoda kita yang menonton video dan bahkan berpose sangat seksi di tempat tidur sambil dihogtied seakan mencoba mengajak kita untuk menemaninya di tempat tidur.
  2. Si submissive  menunjukkan ekspresi bahagia meskipun mereka mencoba untuk melepaskan diri dari ikatan.
  3. Si submissive  menunjukkan ekspresi tak berdaya, tidak suka dan berusaha untuk melepaskan diri dari ikatan.
  4. Si submissive  marah dan berusaha keras untuk melepaskan diri dari ikatan.

Terlepas dari semua ini, bukankah  awal permainan ini berasal dari asal yang sama? Tapi bagaimana reaksi yang muncul bisa bervariasi? Seperti hukum penawaran dan permintaan di Ekonomi. Permintaan itu dipenuhi jika ada pasokan yang cukup untuk memenuhi permintaan. Sebaliknya  supplies juga dapat disalurkan dengan baik dan tidak terbuang sia-sia jika ada cukup permintaan.

Permintaan dalam hal ini bisa menjadi keinginan untuk diikat atau keinginan untuk mengikat seseorang. Dan pasokan dalam hal ini bisa menjadi pasokan untuk menjadi orang yang diikat atau orang yang bisa mengikat seseorang yang perlu diikat. Sehingga permintaan untuk diikat memenuhi penawaran untuk mengikat seseorang. Atau permintaan untuk mengikat seseorang memenuhi panawaran pada seseorang yang perlu diikat.

Secara teoritis, si submissive yang menanggung beban  harus diikat dan menderita dari tindakan dominan tidak harus mengeluh atau bahkan marah, karena permintaannya terpenuhi. Tapi kenyataannya, seperti dalam ekonomi pelanggan bisa mengeluh, karena kualitas pasokan. Demikian juga dalam video yang saya tonton. Apakah itu nyata atau mereka hanya bertindak seolah-olah. Mereka mengeluh dan bahkan marah. Ada beberapa alasan mengapa si submissive mengeluh dan bahkan marah:

  1. Si submissive hanya seorang pemula yang bahkan tidak pernah melakukan hal ini sebelumnya.
  2. Si submissive mendapat perlakuan berlebihan dari dominan.
  3. Si submissive hanya bertindak seperti seorang aktor / aktris dalam film.

Itulah kesamaan antara permainan bondage dan ekonomi. Keduanya memiliki permintaan dan penawaran. Dan reaksi dari satu pihak dapat bervariasi tergantung pada respon dari pihak lain.

Saya sendiri memiliki  adegan  favoritku dari video BDSM. Yaitu :

  1.  Si korban yang meronta-ronta sambil merintih-rintih dan berusaha melepaskan diri dari ikatan.
  2. Si korban yang malah merintih kenikmatan dan menggoda serta pasrah tidak berusaha melepaskan diri.
  3. Si korban digelitiki oleh si dominant.

Hogtie

Hogtie is a method of tying the limbs together, rendering the subject immobile and helpless. Originally, it was applied to pigs (hence the name) and other young four-legged animals.

In bondage, hogtie is a position in which a submissive’s wrists and ankles are fastened together behind his or her back using physical restraints such as rope or cuffs.

Some people derive erotic pleasure from being hogtied or putting a person in a prone submissive position; commonly the hogtie is used as part of sexual bondage play, and in association with other bondage equipment.

Those paragraph above quoted from Wikipedia. Don’t know whether if hogtie originally comes from the treatment to animals or not. But if we read the sentence “Originally, it was applied to pigs”, then we can assume that hogtie originally appled to pigs or other young four-legged animals.

In spite of all that, indeed it is a powerful way to immobilize animals. And it also works when it uses to human. How a human can move if his / her feet tied up  in a position almost touching buttocks and his / her hands also tied up in the back and also  touching buttocks. Beside that his /her hands and feet that tied up separately also  connected each other. Maybe the only way to move is first the person must turn the position from  facedown to face up. Then using feet and shoulder muscles to move a bit by a bit. Or with facedown using shoulder muscle and stomach muscles. It’s a very difficult way to move.

One thing that implied in this case is  surrender being helpless. And that’s it what submissive and dominant want. The submissive wants to feel helpless and surrender herself / himself totally to the dominant. The other way around, the dominant wants to  take control totally on the submissive .

Although if we especially  who are not familiar with BDSM look at this situation can say that it’s not fair. Because the dominant is in the favorable situation  and having fun, otherwise  the submissive is in the torture position and not comfort at all.  But if we ask the submissive, maybe  we just believe that the submissive   himself / herself want  a situation like that.

According to people who don’t  understand BDSM, this situation is a win-lose situation. The dominant wins, while the submissive loses. Because the dominant can totally control the submissive. Otherwise the submissive is helpless and can’t do anything except accept fate being immobilized by the dominant.  But according to them, that is the submissive and the dominant. It’s obviously a win win solution. The dominant can control the submissive and the submissive voluntarily surrender, maybe the right word is not voluntarily but surrender on purpose. Because with only that,  the submissive can satisfy his / her lust.

That’s why the dominant also can be called as master, while the submissive can be called as slave. Because the situation where the dominant can totally control the submissive and the submissive can’t do anything except being belonged to the dominant.

Bahasa Indonesia

Hogtie adalah metode mengikat anggota badan bersama-sama , rendering subjek tidak bergerak dan tidak berdaya . Awalnya , itu diterapkan untuk babi  dan hewan muda berkaki empat lainnya.

Dalam bondage, hogtie adalah posisi di mana pergelangan tangan dan pergelangan kaki submissive diikat bersama-sama di belakang menggunakan pembatasan fisik seperti tali atau borgol .

Beberapa orang mendapatkan kesenangan erotis dari  hogtied atau menempatkan seseorang dalam posisi submissive, biasanya hogtie digunakan sebagai bagian dari permainan seksual bondage, dan dalam hubungannya dengan peralatan bondage lainnya .

Paragraf di atas dikutip dari Wikipedia . Tidak tahu apakah hogtie awalnya berasal dari perlakuan terhadap hewan atau tidak . Tetapi jika kita membaca kalimat ” Awalnya , itu diterapkan pada babi ” , maka kita dapat mengasumsikan bahwa hogtie awalnya diterapkan pada  babi atau hewan muda berkaki empat lainnya.

Terlepas dari semua itu, memang itu adalah cara yang ampuh untuk melumpuhkan hewan . Dan itu juga bekerja ketika digunakan untuk manusia. Bagaimana manusia bisa bergerak jika kakinya diikat dalam posisi hampir menyentuh pantat dan tangannya juga diikat di belakang dan juga menyentuh pantat. Selain itu tangan dan kaki yang diikat secara terpisah juga terhubung satu sama lain. Mungkin satu-satunya cara untuk bergerak adalah pertama orang tersebut harus mengubah posisi dari telungkup menjadi terlentang. Kemudian menggunakan kaki dan otot bahu untuk bergerak sedikit dengan sedikit . Atau dengan telungkup menggunakan otot bahu dan otot perut . Ini adalah cara yang sangat sulit untuk bergerak .

Satu hal yang tersirat dalam hal ini adalah menyerah karena tidak berdaya . Dan itulah  apa yang submissive dan dominan inginkan. Si submissive  ingin merasa tak berdaya dan menyerahkan diri sepenuhnya pada dominan . Sebaliknya , si dominan ingin mengambil kendali sepenuhnya pada si submissive .

Meskipun jika kita terutama yang tidak akrab dengan BDSM melihat situasi ini dapat mengatakan bahwa itu tidak adil . Karena dominan adalah dalam situasi yang menguntungkan dan bersenang-senang , sementara si submissive  berada di posisi tersiksa dan tidak nyaman sama sekali. Tetapi jika kita bertanya pada si submissive, mungkin kita baru percaya bahwa si submissive sendiri yang  menginginkan situasi seperti itu .

Menurut orang-orang yang tidak mengerti BDSM , situasi ini adalah situasi menang-kalah . Si dominan menang , sementara si submissive kalah . Karena si dominan benar-benar dapat mengontrol si submissive. Sebaliknya si submissive  tidak berdaya dan tidak bisa berbuat apa-apa kecuali menerima nasib dilumpuhkan oleh si  dominan . Namun menurut mereka , yaitu si submissive  dan si dominan . Ini jelas solusi menang menang . Si dominan dapat mengontrol si submissive dan si submissive  secara sukarela menyerah , mungkin kata yang tepat bukan sukarela tetapi menyerah secara sengaja . Karena dengan hanya itu, si submissive  dapat memuaskan nafsunya .

Itulah sebabnya si dominan juga dapat disebut sebagai master , sedangkan si submissive  dapat disebut sebagai budak . Karena situasi di mana si dominan benar-benar dapat mengontrol si submissive  dan si submissive tidak bisa melakukan apa pun kecuali menjadi milik si dominan.