Tag Archive | stagen

Belanja natal

Seperti pada umumnya seorang wanita, maka akupun  juga belanja di hari Natal. Yang pertama tentu saja, kue-kue dan biskuit. Kemudian seperti pada umumnya seorang wanita juga, maka aku juga belanja pakaian. Tapi pakaian yang kubeli bukannya rok, baju, atau celana dan sejenisnya. Melainkan 3 lembar kain jarik batik.

Bukannya aku tidak punya atau tidak suka rok dan semacamnya. Aku punya beberapa. Dan bukannya aku tidak tertarik untuk membelinya lagi. Tapi entah kenapa aku hari itu malah membeli 3 lembar kain jarik batik. 1 lembar corak sogan, 1 lembar corak garutan dan 1 lembar corak pekalongan.

Mungkin aku seorang yang konservatif atau kolot atau malah seorang yang ndeso dan kampungan. Atau seorang yang berpura-pura menyukai kain batik.

Tapi itulah yang terjadi padaku dan keesokan harinya aku mencoba memakai salah satu kain jarik baruku yang bercorak sogan setelah terlebih dahulu aku wiru. Kain batik itu tebal dan wangi batiknya membangkitkan gairahku untuk memakainya. Akupun menciuminya dan meletakkannya dipangkuanku yang sudah terlebih dahulu memakai kain kebaya tapi dengan kain jarik yang lama. Kainnya terasa dingin di pangkuanku dan si adik jadi sedikit terangsang. Setelah aku menimang-nimang ketiga kain jarik batik yang kubeli kemarin satu demi satu, baru aku memutuskan untuk memakai yang berwarna sogan. Aku pun mewirunya, kainnya yang tebal menjadikannya gampang untuk diwiru, karena kain yang tebal menjadikannya kaku dan tidak membuka kembali ketika diwiru.

Setelah selesai mewiru, maka aku segera melepas kebaya, bra dan stagen kemudian kain jariknya. Kemudian kain jarik baru itu aku lilitkan di kakiku. Setelah selesai dan dirapikan serta berpakaian lengkap, aku mengaca dan mematut-matut didepan cermin. Aku merasa sangat puas. Kain jarik baruku yang aku beli di hari Natal. Sungguh terasa sangat romantis dan syahdu. Foto-fotonya ada dibawah ini.

Sebetulnya aku sudah punya yang motifnya hampir sama dengan yang baru ini, tapi yang lama lebarnya lebih sempit dan juga agak tipis kainnya.

This slideshow requires JavaScript.


Lamunan masa lalu

Dulu sewaktu saya masih minded banget sama kain kebaya dan masih menggebu-gebunya, pernah punya lamunan pingin diperisteri sama cowok aristokrat keraton.

Upacara dan pesta pernikahan yang berlangsung saya bayangkan akan sangat agung dan megah. 7 hari 7 malam dan tiap hari saya selalu ganti pakaian pengantin. Pakaian pengantinnya berupa kebaya panjang dan kain panjang prada. Belum lagi roncenya. Saya bayangkan betapa anggun dan cantiknya saya. Saya tidak membayangkan akan memakai model basahan. Saya tidak suka, karena body terutama pinggang tidak akan kelihatan dan saya  akan tidak terlihat sexy.

Prosesi upacaranya saya bayangkan tentu akan sangat panjang, lama serta penuh dengan protokol-protokol. Saya bayangkan saya akan berjalan dengan sangat pelan  dan lemah gemulai serta jarak yang saya tempuh akan sangat panjang, karena ruangan-ruangannya yang besar-besar. Betul-betul diberkati dalam kesengsaraan, berjalan dengan kaki yang dibebat dengam kain panjang yang ketat dan harus menempuh jarak yang sangat panjang, masih ditambah dengan kebaya beludru dan stagen tentulah akan membuat badan menjadi menderita gerah kepanasan. Belum lagi waktu prosesi upacara jalan dengan berjongkok. Betul-betul suatu siksaan yang akan membawa kenikmatan.

Sesudah itu  setiap harinya dari bangun tidur sampai kembali tidur lagi saya membayangkan harus selalu pakai kain kebaya dan sanggulan. Rasanya dalam lamunan saya sangat feminin, anggun dan tradisional serta romantis banget. Walaupun tersiksa juga karena tidak leluasa melangkah dan perut serta dada sesak karena terhimpit stagen dan korset. Tidak punya pakaian apapun selain kain panjang, stagen, kebaya dan selendang. Kecuali celana dalam, bra, korset dan sejenisnya. Tiap hari selalu ganti kain batik. Kain yang kering habis dicuci terus di wiru sendiri sambil memakai kain kebaya pula. Harum bau ratus dan rempah-rempah  selalu melingkupi. Demikian juga dengan seluruh ruangan yang ada. Wanginya membuat angan-angan terasa terbang ke awan-awan.

Suami yang saya bayangkan waktu itu adalah suami aristokrat yang masih memegang nilai-nilai tradisional tapi juga bisa menerima nilai-nilai dari luar. Dia memperlakukan saya seperti memperlakukan layang-layang, dibiarkan bebas terbang tinggi tapi masih dipegang benangnya. Jadi saya diperbolehkan bergaul dengan rekan-rekan dari luar lingkungan keraton. Bahkan diperbolehkan bebas bersentuhan dengan dunia modern, seperti misalnya pesta, bioskop, shopping dan bahkan discothek serta club malam. Hsnya dengan satu syarat, saya harus tetap memakai kain kebaya. Jika dianggap terlalu salah kostum  dalam pikiran saya, tentu akan diperbolehkan memakai kebaya modern dan  sanggul serta makeup modern tapi bawahannya harus kain batik wiron yang masih lembaran asli. Untuk menambah kesan mewah bisa memakai kain batik wiron yang berbenang emas atau kemasan prada. Jika untuk berjojing kesulitan karena kainnya terlalu sempit, juga boleh dikendorkan sedikit asal bentuknya masih meruncing ke bawah.

Mengkontraskan keadaan seperti yang diatas bagi saya bisa menimbulkan kepuasan dan kenikmatan tersendiri. Bayangkan saja pergi ke pesta disaat orang lain memakai pakaian pesta, mini dress dan yang semacamnya, saya harus memakai kain kebaya. Shopping di mall modern tapi tetap masih memakai kain kebaya sambil membawa belanjaan. Pergi ke salon untuk perawatan wajah dan rambut, disaat yang lainnya memakai pakaian casual,  saya masih tetap pakai kain kebaya. Atau ke sanggar senam,  habis latihan senam kain sama kebayanya  langsung dipakai lagi. Apalagi kalau ke discothek untuk jojing sebetulnya tidak mungkin, itu hanya khayalan saya saja. Belum lagi kalau piknik ke pantai atau ke pegunungan.

Anehnya juga dulu saya sempat  kepikiran kalau saya juga akan bisa menikmati BDSM walaupun saat itu saya tidak tahu samasekali tentang  itu. Saya bayangkan waktu itu saya akan dengan senang hati digantung kakinya dengan posisi terbalik dan tangan diikat kebelakang. Setiap beberapa saat suami saya akan menanyakan apakah saya kecapaian. Jika kecapaian saya akan diturunkan dari gantungan dan ikatan saya akan dilepas.

Tapi sekarang saya sudah tidak punya angan-angan yang muluk seperti itu lagi. Hidup dalam 2 dunia maya dan nyata seperti sekarang ini saya anggap sudah cukup. Cuma saya masih punya keinginan pingin cding out dan kencan romantis sama cowok. Itu saja.

Ironi

Aku hendak mendongak menatap langit, tapi kepalaku tertahan beratnya sanggul.

Aku hendak menggeliat menyegarkan tubuh, tapi badanku terbalut ketatnya stagen dan korset.

Aku hendak melangkahkan kaki, tapi kakiku terbebat sempitnya kain panjang.

Sekali lagi au mencoba melangkah, tapi aku malah kesrimpet jarik.

Inikah yang namanya burung dalam sangkar ?

Kepalaku dihias dengan indahnya sanggul, tapi aku tak leluasa mendongak.

Badanku dibalut dengan anggunnya kebaya, tapi aku tak leluasa  menggeliat.

Kakiku ditutup dengan indahnya kain panjang, tapi aku tak leluasa melangkah.

Belum lagi kakiku yang memakai sandal jinjit.

Inikah yang namanya emansipasi wanita ?

Dalam rangka hari Kartini tahun 2011.

Insomnia

Malam ini, dingin terasa kamarku. Aku gelisah tidak bisa tidur, berguling ke kanan ke kiri. Ada rasa kekosongan dalam diriku, tiba-tiba ada hasrat untuk menjadi wanita yang sempurna. Kulepaskan semua pakaianku. Kupakai sandal hak tinggi, kupasang sanggulku. Kuambil sehelai kain wiron. Kurapatkan kedua kakiku, lalu kain mulai kulilit dengan ketatnya dari kiri ke kanan. Sesudah itu, kuambil tali kuikat pinggangku dengan tali kencang-kencang supaya kain wironnya tidak kedodoran nanti. Lalu kuambil stagen dan kulilitkan ke tubuhku kuat-kuat. Kemudian kuambil korset dan terakhir kupakai kebaya ke tubuhku. Lalu aku berkaca, kurasakan masih ada yang kurang. Make up !, maka aku mulai bedakan, lalu kupakai pemerah pipi, lipstik, alis mata dan bulu mata palsu. Sekali lagi aku berkaca di depan cermin. Astaga, ada siapa itu di cermin, seorang bidadari cantik dari sorga. Akupun tersenyum puas, bahagia …. kendati aku kembali lagi terkungkung dalam nafsu dan tubuhku pun terkungkung, tertawan dan tersiksa dalam stagen,  korset dan kain wiron yang ketat.